INFO PARAHYANGAN – Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung nomor urut 3, Muhammad Farhan dan Erwin, tengah menjadi pusat perhatian publik dalam Pilwalkot 2024. Meskipun mereka membawa visi perubahan bagi Kota Bandung, sejumlah kontroversi di masa lalu terus membayangi langkah mereka, menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat.  

Muhammad Farhan, yang dikenal melalui karier panjangnya di dunia media, mendapat kritik terkait sejumlah proyek yang dinilai lebih mementingkan profit ketimbang kebutuhan masyarakat. Beberapa program yang diinisiasinya dianggap gagal memberikan dampak nyata bagi publik, menimbulkan pertanyaan apakah pengalaman profesionalnya bisa diterjemahkan menjadi kepemimpinan yang inklusif.  

“Sebagai figur media, Farhan seharusnya lebih memahami pentingnya keberpihakan kepada masyarakat. Namun, proyek-proyek sebelumnya justru menunjukkan sebaliknya,” ujar seorang pengamat politik lokal.  

Di sisi lain, Erwin, yang memiliki pengalaman panjang di birokrasi, juga menghadapi kritik terkait proyek-proyek pembangunan infrastruktur di Bandung. Beberapa di antaranya dinilai mengabaikan aspek keberlanjutan dan kelestarian lingkungan. Salah satu kasus yang sering disebut adalah pembangunan yang berdampak pada ruang hijau kota, menimbulkan keraguan tentang komitmen pasangan ini terhadap Bandung yang ramah lingkungan.  

“Kota Bandung membutuhkan pemimpin yang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan. Rekam jejak Erwin masih meninggalkan tanda tanya besar dalam hal ini,” kata seorang aktivis lingkungan setempat.  

Pasangan ini juga disorot karena perubahan sikap politik yang kerap mereka tunjukkan selama karier mereka. Pergeseran dukungan politik yang dinilai oportunistis membuat banyak pihak mempertanyakan integritas dan konsistensi mereka terhadap visi dan misi yang mereka usung.  

“Masyarakat menginginkan pemimpin dengan prinsip yang kuat, bukan yang hanya menyesuaikan diri dengan arus politik,” ungkap seorang warga yang mengikuti kampanye mereka.  

Dalam kampanyenya, Farhan-Erwin menjanjikan Bandung yang maju, kreatif, dan inklusif. Namun, banyak warga yang meragukan realisasi janji tersebut, mengingat tantangan kompleks yang dihadapi kota ini. Dari masalah kemacetan hingga pengelolaan anggaran yang terbatas, skeptisisme publik terhadap strategi pasangan ini kian mengemuka.  

“Visinya menarik, tetapi tidak ada rencana konkret yang ditawarkan. Apakah ini hanya sekadar janji kosong?” tanya seorang pengamat kebijakan publik.  

Dengan berbagai kontroversi yang mengemuka, pasangan Farhan dan Erwin kini menghadapi ujian kepercayaan publik yang berat. Di tengah ketatnya persaingan politik, mereka harus membuktikan bahwa visi mereka bukan sekadar retorika, melainkan komitmen yang dapat diwujudkan.  

Masyarakat Bandung kini menanti langkah pasangan nomor urut 3 ini. Apakah mereka mampu mengatasi kritik dan meyakinkan publik, atau justru terpuruk akibat kontroversi masa lalu? Jawaban atas pertanyaan ini akan menjadi penentu arah masa depan Kota Bandung dalam lima tahun mendatang.


(RED)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *